Darimana Ide Air Minum Kemasan Tercetus?

- 30 Mei 2023, 09:09 WIB
Ilustrasi air minum Kemasan
Ilustrasi air minum Kemasan /

PIKIRANACEH.COM | NASIONAL - Air minum dalam kemasan kini menjadi produk yang lumrah. Namun, bagaimana bisa ide ini tercetus? Dan bagaimana pula reaksi pasar ketika pertama kali disodori air minum dalam kemasan, padahal air di rumahnya sendiri melimpah ruah dan bisa didapatkan secara gratis?

Penolakan adalah reaksi awal masyarakat ketika diberi minuman dalam kemasan botol. Produk ini dinilai aneh karena mereka terbiasa minum air sumur yang dimasak terlebih dahulu. Logisnya, jika hanya tinggal ambil di sumur dan merebusnya, kenapa harus beli?

Nah, pemikiran masyarakat tentang air minum kemasan pada awalnya inilah yang sempat membuat ide bisnis Aqua dianggap sebagai ide gila.

Perjalanan Panjang Aqua

Sebagai pelopor air minum daam kemasan pertama di Indonesia, sangat wajar jika Aqua memiliki perjalanan yang panjang dan sulit. Ide dari Tirto Utomo,pendiri Aqua ini bahkan sempat dianggap sebagai ide yang tidak realistis.

Tirto Utomo merupakan pria kelahiran Wonosobo, 8 maret 1950. Awalnya, ia bekerja di Permina atau perusahaan minyak negara (kini berubah nama menjadi pertamina). Jabatannya cukup elit, yaitu Kepala divisi hukum dan penjualan luar negeri.

Memiliki jabatan yang lumayan di perusahaan besar membuat Tirto Utomo sering bepergian ke luar negeri. Bahkan, jika dihitung 9 bulan dari setahun dihabiskan di luar negeri.

Terbiasa melancong ke negeri orang, Tirto Utomo memiliki pengetahuan yang luas tentang kehidupan di luar Indonesia. Ia memahami jika bule tidak terbiasa minum air sumur yang direbus, melainkan minum air bersih yang steril.

Pengetahuan Tirto Utomo tentang kebiasan minum bule ini diperkuat dengan kejadian fatal yang menimpa kliennya. Saat itu, tepatnya di tahun 1971, ia ditugaskan melakukan negosiasi kontrak kerjasama dengan perwakilan Amerika di Jakarta. Pertemuan hampir berantakan karena istri salah satu delegasi diare akibat minum air yang disediakan. Hasil pemeriksaan, air yang dikonsumsi ternyata kurang bersih.

Nah, karena kejadian inilah muncul ide untuk memurnikan air dan kemudian menjualnya dalam kemasan.

Awalnya, Tirto Utomo tidak mengerti cara pemurnian air. Ia kemudian mengirim adiknya, Slamet Utomo untuk magang di Polaris, perusahaan air minum yang sudah 16 tahun berdiri di Thailand.

Magang sambil mencari ilmu, Slamet Utomo pulang ke Indonesia. Belak ilmu dari Slamet dan modal 150 juta, berdirilah pabrik Aqua pertama pada 23 Februari 1973 di Bekasi

Saat awal berdiri, nama pabriknya masih PT Golden Mississippi. Karyawannya pun masih 38 karyawan dengan jumlah produksi yang terbatas, yaitu 6 juta liter per tahun.

Di awal berdirinya, nama produk yang dijual adalah Puritas atau pure artesian water. Barulah atas sarab Eulindra Lim, konsultan indonesia yang ada di Singapura, nama Puritas diganti menjadi Aqua.

Pada 1 oktober 1974, Aqua akhirnya benar-benar meluncurkan produk pertama. Saat itu minuman karbonasi dan berasa dengan aneka warna sedang naik daun, sehingga ide jual air putih kemasan dianggap gila. Bayangkan, saat aneka merk menawarkan minuman berasa yang dianggap baru dan menarik., Aqua justru menawarkan air putih yang bisa didapatkan sendiri di rumah.

Dengan persaingan yang berat serta masyarakat yang belum sadar dengan konsep Aqua yang menawarkan air putih steril serta sehat dan bukan air minum biasa, Aqua terus menerus mengalami kerugian setiap bulannya. Tirto Utomo bahkan harus nombok 5 hingga 6 juta setiap tahunnya untuk membayar gaji karyawan.

Oktober 1977 bahkan sampai diadakan rapat untuk memutuskan nasib Aqua. JIka jumlah penjualan tidak kunjung membaik, maka Aqua akan ditutup pada Januari 1978.

Di saat genting inilah, kepala penjualan Aqua sampai turun ke jalan untuk menawarkan produknya. Penjualan door to door dilakukan dan bahkan sampai memberikan sampel secara gratis. Dan hasilnya, masih banyak yang menolak, dari 65 krat yang dibawa, hanya 5 krat yang terjual. Pembelinya sata itu pun hanya terbatas pada orang kaya dan bule yang tinggal di Indonesia.

Strategi Penyelamat Aqua di Masa Genting

Saat keadaan krisis, kepala penjualan yang sekaligus anak kandung dari Tirto Utomo memiliki ide yang tak biasa. Ia menyarankan untuk menaikkan harga jual Aqua, dari 75 rupiah per kemasan 950 mL menjadi 175 rupiah.

Kenaikan harga hampir 3 kali lipat ini bertujuan untuk menyeimbangkan harga Aqua dengan harga produk serupa di luar negeri yang mencapai 350 rupiah. Selain itu, harga yang tidak terlalu murah juga akan membangun kepercayaan konsumen secara perlahan dan mulai melihat Aqua sebagai produk premium dan bukan air putih biasa.

Puncaknya, Desember 1977 penjualan aqua naik 3 kali lipat. Bgakan, akhir 1970-an Aqua benar-benar diterima di kalangan lokal dan tak pernah absen di ajang olahraga internasional yang diselenggarakan di indonesia.

Aqua juga banyak iklan di TV yang memunculkan stigma jika Aqua adalah minuman atlet yang berarti aqua adalah minuman sehat.

Inovasi yang Dilakukan Aqua Agar Terus Bertahan

Setelah berhasil meningkatkan penjualannya, bukan berarti Aqua bisa berada di awang-awang. Aqua tetap harus membuat inovasi agar semakin dipercaya. Apalagi, di tahun 1984 muncul pesaing pertama Aquam yaitu Oasis.

Adapun inovasi yang dilakukan Aqua agar terus bertahan, antara lain:

1. Inovasi Kemasan

Kemasan Aqua tidak hanya botol biasa, melainkan berbagai jenis botol yang dapat disesuaikan dengan acara dan kegiatan. Misalnya, ada botol dengan kemasan elegan untuk acara mewah, atau botol biasa untuk keperluan olahraga. Selain itu, ada juga kemasan galon yang dapat diisi ulang untuk keperluan rumah tangga dengan harga lebih ekonomis.

2. Mengubah Sumber Air

Di awal pendiriannya, Aqua menggunakan sumur bor sebagai sumber airnya. Namun, sumber air kemudian diganti menjadi sumber mata air pegunungan. Langkah ini diambil karena air dari sumber air pegunungan lebih kaya mineral yang diperlukan tubuh. Perubahan sumber air ini juga membuat konsumen lebih percaya dengan kualitas Aqua sebagai air minum yang menyehatkan.

3. Mendirikan Pabrik Galon

Aqua pernah menggunakan galon impor. Namun, biaya pengadaan kemasan ini cukup membebani, sehingga Aqua mendirikan pabrik galon sendiri di Bekasi. Alhasil, Aqua bisa menekan biaya produksi dan memaksimalkan keuntungannya.

4. Kemasan Daur Ulang

Tidak hanya mengejar keuntungan, Aqua juga berusaha mengedukasi konsumen untuk mencintai kelestarian alam. Aqua bahkan mengadakan program pembersihan sungai dan mengolah sampah plasitik yang diangkat dari sungai untuk membuat kemasan.

Adanya program pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh Aqua ini membuat konsumen sadar jika Aqua memiliki nilai lebih yang tidak hanya menguntungkan perusahaan, tapi juga memberikan imbal balik yang positif untuk alam.

Kesuksesan Aqua Sebagai Pionir Air Minum dalam Kemasan di Indonesia

Pernah jatuh berkali-kali, Aqua akhirnya sukses menjadi pionir air minum di Indonesia. Ide yang semula dianggap gila nyatanya diikuti lebih dari 2000 merk air minum dalam kemasan yang kini jadi pesaing Aqua.

Tingkat penjualan Aqua bahkan terus naik dari tahun ke tahun. Produknya pun meningkat dari 1 milyar liter per tahun hingga 3,5 milyar liter per tahun.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Kisah Sukses Aqua?

Setelah membaca kisah sukses dan perjalanan panjangnya, apa sih yang bisa dipelajari dari Aqua?

1. Jadi Pionir Itu Tidak Mudah

Menjadi pionir dan menawarkan produk baru yang belum dikenal pasar bukan hal mudah. Tengok saja perjuangan Tirto Utomo yang butuh mengorbankan waktu, tenaga, uang, dan bahkan melepaskan karirnya demi fokus mengenalkan air minum dalam kemasan.

2. Cara Tepat Menghadapi Kompetisi

Kompetisi bukan hal buruk, kalau ada kompetitor maka industri akan semakin besar. Prinsip inilah yang dipegang oleh Tirto Utomo, sehingga ia tak khawatir sama sekali ketika pesaing Aqua mulai bermunculan.

3. Tentukan Harga Jual Produk yang Tepat

Harga jual produk sangat berpengaruh pada tingkat penjualan. Konsumen memang menginginkan harga murah, tapi jika harganya terlalu murah, maka konsumen akan meragukan kualitas produk tersebut. Jadi, jangan jual produk terlalu murah.

4. Inovasi

Apapun bisnis yang dilakukan, inovasi tidak boleh ditinggalkan. Inovasi akan membuat produk terus menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen. Selain itu, inovasi juga diperlukan agar sebuah produk memiliki nilai lebih dibandingkan kompetitor.

Belajar dari Aqua, jangan takut jika kamu memiliki ide anti mainstream yang dianggap aneh dan bahkan gila oleh sebagian besar orang. Yang kamu butuhkan jika memiliki ide adalah sebuah keyakinan, keberanian, dan fokus mencari cara untuk merealisasikannya.

Nah, keyakinan dan keberanian bisa kamu munculkan dari dalam dirimu sendiri, tapi bagaimana dengan cara merealisasikannya? Tenang saja, kamu bisa belajar dari pakarnya inovasi, Wisnu Ario S secara gratis. Kamu yang belum memiliki ide, tapi sudah memiliki niat berinovasi juga bisa belajar gratis bersama beliau melalui materi website atau vlog YouTube sekarang juga!

Editor: Mustakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x