Jelang Milad GAM, Polres Aceh Barat Gelar Razia, Ini Sasarannya

- 3 Desember 2023, 13:39 WIB
ILUSTRASI - Pengibaran Bendera Bulan Bintang di Aceh. (Foto: AFP/HOTLI SIMANJUNTAK)
ILUSTRASI - Pengibaran Bendera Bulan Bintang di Aceh. (Foto: AFP/HOTLI SIMANJUNTAK) /

PIKIRANACEH.COM - Polres Aceh Barat menggelar razia cipta kondisi di wilayah hukum setempat.

Razia tersebut digelar dalam rangka menjelang Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 4 Desember 2023.

 

“Razia ini untuk menjaga situasi kondusif, serta mengantisipasi masuknya barang-barang terlarang ke Kabupaten Aceh Barat, menjelang 4 Desember 2023,” kata Kepala Seksi Humas Polres Aceh Barat, AKP Mawardi, pada Sabtu 2 Desember 2023.

Ada pun sasaran razia tersebut meliputi narkotika dan obat/bahan berbahaya (narkoba), senjata tajam, senjata api, bahan peledak serta barang-barang terlarang lainnya.

 

Razia tersebut dipusatkan di Jalan Lintas Meulaboh-Banda Aceh tepatnya di Simpang Kayu Putih, Desa Suak Raya, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

AKP Mawardi yang merupakan Kepala Tim III Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD) mengatakan dalam razia ini, polisi melakukan pengecekan kendaraan, orang dan barang bawaan secara humanis guna memastikan pengendara tidak membawa barang-barang terlarang.

 

“Selama kegiatan berlangsung tidak ditemukan pengendara yang membawa narkotika, senjata tajam, senjata api, bahan peledak ataupun barang-barang yang terlarang lainnya,” kata AKP Mawardi.

Ia tak merinci, razia itu digelar mulai pukul 21.00 WIB hingga 01.00 WIB Mingggu dini hari.

Ia mengatakan razia cipta kondisi tersebut akan terus ditingkatkan, di seluruh wilayah Kabupaten Aceh Barat, dengan lokasi dan waktu yang dirahasiakan.

Sejarah Hari Ini, 4 Desember 1976 Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Deklarasikan

Berapa peristiwa dan catatan sejarah penting di dalam maupun luar negeri yang terjadi pada tanggal 4 Desember, salahsatunya adalah berdirinya Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

1. Berdirinya Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

Pada 4 Desember 1976 Hasan di Tiro dan pengikutnya mengeluarkan 
pernyataan melawan pemerintah Indonesia melalui organisasi Aceh Merdeka (AM).

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Konflik antara pemerintah RI dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000 jiwa.

 

Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro selama hampir tiga dekade bermukim di Swedia dan berkewarganegaraan Swedia.

Pada tanggal 2 Juni 2010, ia memperoleh status kewarganegaraan Indonesia, tepat sehari sebelum ia meninggal dunia di Banda Aceh.

Pada 4 Desember 1976 menjadi titik awal pergerakan sekelompok orang di Aceh untuk menyatakan kemerdekaan terhadap tanah yang ditempatinya. Mereka memprotes pemerintahan Indonesia karena merasa tanahnya memiliki keistimewaan dan berhak berdiri sendiri.

 

Teungku Hasan Muhammad Di Tiro alias Hasan Tiro, menjadi garda terdepan berdirinya gerakan ini. Tepat hari ini, 44 tahun lalu, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dideklarasikan di Bukit Halimon, Kabupaten Pidie, Aceh.

Tindak tanduk Hasan Tiro, sudah dikenal baik oleh pemerintah Indonesia. Dia adalah keturunan ketiga Teungku Chik Muhammad Saman Di Tiro alias Chik Di Tiro, pahlawan nasional Indonesia.

Hasan Tiro juga seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Columbia, Amerika Serikat. Melihat kecerdasannya, dia dipercaya oleh Indonesia untuk menjadi staf perwakilan Indonesia di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB pada tahun 1953.

 

Namun Hasan Tiro memiliki pemikiran berbeda. Berbekal nilai-nilai pada tanah kelahirannya di Aceh, di tahun yang sama Tiro memproklamirkan diri sebagai menteri luar negeri dari perjuangan Darul Islam, kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan membentuk Indonesia sebagai negara Islam sejak 7 Agustus 1949.

Hasan Tiro dianggap mengecewakan pemerintah Indonesia atas tangggung jawab yang diberikan untuk PBB. Dia dianggap memberontak dan dicabut kewarganegaraannya karena dukungan terhadap Darul Islam.

Hasan Tiro pun sempat dipenjara di Ellis Island, Amerika Serikat karena stateless dan menjadi warga asing ilegal.

Pada 1962, Darul Islam berdamai dengan pemerintah Indonesia. Hal itu membuat Hasan Tiro bebas. Dia pun mencari cara untuk bisa pulang ke Indonesia. Sebab status kewarganegaraannya yang sempat bermasalah membuatnya sulit pulang ke tanah kelahirannya.

 

Hasan Tiro yang tinggal di Amerika Serikat berkarir sebagai pebisnis ulung. Dia kemudian menjalin komunikasi dengan Malik Mahmud, mantan tokoh gerakan Darul Islam.

Kesamaan cara pandang terhadap Aceh membuat keduanya memiliki visi yang sama untuk memerdekakan Aceh. Malik pun berusaha membantu kepulangan Hasan Tiro ke tanah kelahirannya dengan dalih urusan bisnis.

Tepat pada 1969, Hasan Tiro berhasil mendarat kembali di Aceh dengan bantuan Amir Mahmud, kakak dari Malik Mahmud.

Menurut catatan harian Tiro yang diabadikan dalam sebuah buku berjudul, The Price of Freedom: The Unfinished Diary, Gerakan Aceh merdeka belum dideklarasikan saat itu.

 

Hasan Tiro sempat kembali ke Amerika Serikat usai kunjungan bisnis di Aceh. Namun, saat kakak kandungnya meninggal dunia pada tahun 1974, dia meminta pemerintahan Indonesia membuka akses kepulangan dengan alasan duka.

Kepulangan Hasan Tiro pun mendapat pengawasan pemerintah Indonesia agar tak terlibat kegiatan politik.

Namun Hasan Tiro dan kelompoknya tidak melakukan konsolidasinya di Indonesia. Konsolidasi gerakan tersebut dilakukan di Singapura, tempat domisili Malik Mahmud.

 

Hasan Tiro kemudian masuk ke Aceh melalui jalur tikus. Pada 30 Oktober 1976, dia berhasil mencapai Kembang Tanjong, Pidie lewat laut. Tiro pun memilih menetap di kawasan perbukitan di kawasan Pidie hingga mendeklarasikan berdirinya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 4 Desember 1976. ***

Editor: Zainal Abidin


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah