Israel Kacau dan Panik

6 Januari 2024, 09:00 WIB
Budi Ashari /

Perpecahan dan pertikaian antara petinggi Israel mulai menyeruak telanjang di media Israel dan internasional.

Rapat koordinasi kementerian-kementerian Israel yang mengatur perang ini berakhir ricuh, saling bentak dan saling tuduh. Rapat yang diadakan Kamis sore yang lalu itu membahas hasil peperangan dan pembentukan badan investigasi atas kegagalan Israel pada 7 Oktober lalu.

Baca Juga: Dua Organisasi Guru di Aceh Minta Pemerintah Hapus Sistem Perpanjangan Kontrak PPPK

Menteri keuangan dan menteri keamanan nasional menyerang kepala staf militer Israel. Hal besar yang dipermasalahkan adalah tim yang ditunjuk untuk melakukan investigasi di antaranya adalah mantan kepala staf militer Israel dan mantan menteri pertahanan tahun 2005 yang menyebabkan terpisahnya Gaza dan terusirnya Israel dari Gaza.

Menteri keuangan dan menteri keamanan nasional menolak keras keputusan ini, karena menurut mereka militer Israel menunjuk orang yang semestinya diinvestigasi atas kegagalannya di masa lalu dan bukan malah menginvestigasi perang ini.

Menurut informasi juga, Netanyahu menghentikan rapat tersebut karena suasana yang sudah tidak kondusif dengan debat dan teriakan yang memenuhi ruang rapat.

Tetapi informasi pun menyebutkan bahwa suasana ini memang diciptakan oleh Netanyahu. Karena sejak awal, Netanyahu sudah berusaha keras untuk cuci tangan dari kegagalan ini dengan tulisan yang diposting melalui medsosnya. Dimana Netanyahu melimpahkan semua kegagalan ini kepada militer Israel dan bukan pemerintah Israel.

Sehingga Kepala staf militer Israel dikorbankan untuk diserang di rapat kementerian tersebut.

Benny Gantz, anggota majelis perang Israel meminta Netanyahu untuk memilih keamanan dan persatuan atau politik.

Sementara Yair Lapid yang pernah menjabat sebagai perdana menteri pengganti dan kini sebagai ketua oposisi mengatakan: Apa yang disaksikan di pertemuan rapat tersebut merupakan aib dan bukti lain bahayanya pemerintahan ini. Ini bukan pemerintahan tetapi ini adalah bencana negeri, wajib diganti karena tidak sanggup mengambil keputusan.

Perbedaan tajam juga terjadi justru antara Netanyahu dan menteri petahanannya. Dan ini perbedaan yang paling besar, mengingat selain menteri pertahanan membawahi militer Israel, dia juga berasal dari partai yang sama dengan Netanyahu.

Perbedaan itu disebabkan oleh larangan Netanyahu kepada kepala Mossad dan kepala Shabak (keduanya adalah badan intelijen Israel) untuk menghadiri pertemuan rapat koordinasi kementerian-kementerian yang mengurus perang ini.

Menteri pertahanan Israel menganggap larangan tersebut membahayakan keamanan negara.

Seiring dengan itu, Yedioth Ahronoth sebagai salah satu media terbesar di Israel mengabarkan perkiraan kementerian pertahanan Israel tentang jumlah tentara yang cacat permanen mencapai 12.500 orang.

Tentu kita semua tahu sejak awal bahwa Israel tidak pernah jujur dengan angka kerugian mereka. Tapi angka ini sudah sangat cukup untuk membuat kekacauan di pemerintahan dan masyarakat Israel.

Sejak Israel menjajah Palestina, militer diletakkan paling tinggi dan harus selalu berada di atas semua perbedaan yang muncul. Tetapi Netanyahu memposisikan militer Israel di perang ini sebagai kambing hitam.

Hal ini dipastikan akan menyebabkan kekacauan di dalam pasukan yang sedang berada di medan pertempuran.

Media-media Israel pun membahas pertikaian dan kekacauan tersebut dengan kemarahan sangat besar. Para analis dan pakar Israel menyatakan kegagalan besar Israel di perang ini.

Seorang jenderal pasukan cadangan Israel berkata: "Hari pertama kita memasuki perang dengan keyakinan kita akan menang, kita kuat, kita yang mengendalikan keadaan dan segala sesuatu sesuai harapan.

Dalam setiap perang, ada fase yang harus diakui berupa kemungkinan hilangnya kekuatan. Anda tahu mengapa, dikarenakan musuh telah mengetahui siapa anda.

Ada masalah legalitas, ada kemungkinan terjadinya bencana. Dan bisa kita katakan bahwa kita ini mendapatkan bencana di setiap peperangan kita."

Baca Juga: Israel Pelaku Genosida Terbesar Abad Ini

Seorang peneliti Israel berkata: "Mari kita bandingkan dengan Jenin. Berapa waktu yang diperlukan untuk menyerang kamp para pengungsi di Jenin. Saya katakan: perlu bertahun-tahun, apakah berhasil: Tidak. Karena setiap kali bangsa (Palestina) ini dihancurkan, dia membesar lagi."

Media-media Israel juga mengakui keunggulan Hamas dan para jenderalnya sudah mengakui kegagalan mereka.

Salah seorang profesor di Tel Aviv University berkata: "Kita harus sangat berhati-hati setelah bumi hangus ini. Semua yang terlibat dalam perang 7 Oktober ini, langsung ataupun tidak langsung, harus tahu bahwa darah mereka halal."

Kemudian dia membahas tentang Syekh Shaleh Al Aruri: Dia praktisi sekaligus otaknya. Dia bukan orang Gaza tetapi orang Tepi Barat. Dia lahir di Arurah, mendapatkan pendidikan Islam dari rumah, belajar syariat Islam dan bergabung dengan Ikhawanul Muslimin.

Tetapi selama keberadaannya di penjara Israel, dia mempelajari keadaan politik Israel dan memahaminya. Kita harus menyadari itu. Dia adalah orangnya As Sinwar. Dia memimpin proyek besar pendirian Hamas di Tepi Barat."

Penulis buku Israel tentang Kamus Hamas mengungkap: "Sampai detik ini tidak terlihat tanda-tanda kekalahan atau mundurnya (Hamas). Hamas senang sekali bahwa mereka solid dalam satu barisan.

Mereka berkata bahwa mereka tidak mau membahas tentang pertukaran tawanan sampai penghentian perang secara keseluruhan. Kita juga tidak tahu di mana keberadaan Sinwar. Ada dugaan di ada di Khan Yunis.

Tapi kita harus jujur bahwa dia mungkin saja berada di tempat manapun di Gaza, disebabkan oleh terowongan bawah tanah yang panjangnya ratusan kilometer. Bisa diduga bahwa dia sekarang ini mempunyai kepercayaan diri yang tinggi."

Jenderal Israel lainnya menegaskan: "Saya katakan kepada masyarakat Israel bahwa pada perang berikutnya sudah tidak ada tempat lari. Wilayah Ghus Dan (daerah metropolitan meliputi Tel Aviv dan sekitarnya) akan mendapatkan serbuan lebih dahsyat. Kalaupun ada tempat yang mungkin lebih aman adalah di utara. Karena ribuan roket ditembakkan ke Tel Aviv dan Haiva."

Sementara jenderal Israel lainnya mengakui: "Dalam hal ini, kita harus katakan kepada masyarakat Israel bahwa kita telah mengalami kegagalan serius di 7 Oktober. Kegagalan ini akan menuai hasil.

Kita harus bersiap untuk membayarnya. Kita harus paham bahwa harga yang harus dibayar dalam berbagai bentuk dan itu berat sekali. Hal ini tidak bisa kita gantikan dengan ancaman kita bahwa kita suatu saat nanti akan menyerang balik Hamas dan mengembalikan keamanan.

Baca Juga: Jamaah Shalat Subuh di Masjid Lamreung Meninggal Dunia Usai Shalat

Sebagai contoh, apa manfaatnya ancaman-ancaman itu terhadap pembunuhan Sinwar. Kalau kita berhasil membunuhnya, maka itulah keberhasilan.

Tapi ancaman setiap hari yang dikeluarkan tidak ada gunanya sama sekali. Justru hasilnya terbalik. Karena 129 tawanan dari kalangan wanita dan anak-anak sejuta kali lebih penting dibandingkan matinya Sinwar atau tidak matinya, tidak peting sama sekali."

Jenderal Israel berikutnya menyatakan lemahnya data intelijen Israel dan kehebatan Muhammad Dhef, komandan tinggi Al Qassam: "Informasi intelijen tidak sesuai data di lapangan. Kalau dia terlihat cacat, tetapi tidak ada satupun yang berani berkata bahwa perencanaannya tidak bekerja. Dia sangat jenius dalam strategi militer juga dengan kecerdasannya ia lolos berkali-kali dari kematian." 

Sebagaimana diketahui bahwa berita di atas langsung dari internal Israel.

Tapi tetap harus diingat, Israel masih terus mencari alasan untuk mengumumkan kemenangan di perang ini.

Andai saja kita mau membuka telinga, mata dan memakai sedikit saja otak kita, tidak akan mudah tertipu oleh klaim dan berita media Israel dan kroconya.

Anda, Jangan seperti Yahudi. Dungu seperti keledai!

Penulis: Ustadz Budi Ashari

Editor: Hamdani

Tags

Terkini

Terpopuler