Perlahan-lahan Negara Zionis Israel Menuju Kiamat

3 Desember 2023, 20:57 WIB
Zionis Israel /Hamdani/

PIKIRANACEH.COM - Nama Israel yang ditabalkan menjadi sebuah nama "negara" di kawasan Timur Tengah bukanlah nama lain Nabi Ya'kub As yang dimuliakan Allah SWT.

Tetapi mendompleng nama Ya'kub oleh sekelompok penjahat kelas kakap atau sebutan teroris menjadikannya sebagai sebuah nama "negara" agar terlihat lebih rasional dan memiliki alasan.

Baca Juga: Ini Makna dari Pose Anies-Cak Imin di Surat Suara Pilpres 2024

Sehingga sebutan Israel pada nama "negara" itu tidak menunjuk kepada nama Nabi Ya'kub as. Meskipun keturunan Bani Israil adalah berasal dari nya.

Bani Israil di masa Nabi Ya'kub, mereka masih beriman kepada Allah SWT hingga kemudian dipimpin oleh Nabi Musa As. Namun semenjak Bani Israil dimurkai dan dihukum oleh Allah SWT karena kesalahan mereka. Nabi Musa as pun melepaskan diri dari mereka.

Maka Bani Israil yang dimurkai tersebut disebut lah Yahudi, keturunannya Yehuda.

Di zaman sekarang Yahudi dikenal sebagai kelompok bangsa yang tidak memiliki negara (diaspora). Mereka hidup mengembara ke banyak negara di dunia.

Adapun "negara" Israel di Palestina adalah sebuah negara pendudukan atau hasil merampas tanah Palestina untuk dijadikan sebagai "negara" Yahudi.

Sementara rakyat Palestina sebagai pemilik telah menjadi korban aksi brutal kelompok Yahudi tersebut, dan terusir dari rumah mereka sendiri oleh kekejaman tentara pendudukan Israel.

Sejak awal sudah diketahui bahwa "negara" Yahudi berada di bawah kendali gembong teroris dunia atau mereka yang disebut zionis yaitu kelompok Yahudi jahat yang tidak memiliki rasa kemanusiaan dan bahkan menyebut dirinya sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Kekejaman Yahudi Zionis teroris terhadap bangsa Palestina sudah berlangsung selama 75 tahun. Selain merampas tanah, merampok rumah dan harta mereka, Yahudi juga membunuh, menyiksa, dan memenjarakan orang-orang Palestina yang baik hatinya.

Sejak kedatangan mereka di tanah Palestina pada tahun 1946 sebagai imigran dari Eropa, Amerika, dan beberapa negara lain. Situasi di Palestina telah memunculkan gangguan keamanan dan kedamaian. 

Pada puncaknya tahun 1948 Yahudi Zionis teroris menyerang rakyat Palestina secara besar-besaran atau apa yang disebut dengan Nakba (bencana).

Kedatangan mereka ke Palestina dan diikuti pendirian "negara" Israel dengan membunuh pemiliknya dan melancarkan tindakan pembersihan etnis (genosida). 

Akibatnya sebanyak 750.000 orang Palestina dibantai oleh Yahudi Zionis teroris dengan dukungan penuh Inggris dan sekutunya.

Seorang ibu Palestina ia merupakan saksi hidup bagiamana kebiadaban tentara Zionis membunuh bayi-bayi, dan perempuan hamil yang dibelah perutnya hanya untuk memastikan anak yang dikandungnya berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Benar-benar seperti kekejaman Firaun di zaman Nabi Musa.

Baca Juga: Banda Aceh Juara Umum MTQ ke-36 Aceh 2023, Kafilah Akan Diarak Keliling Kota, Ini Rutenya

"Negara" Israel memang telah berdiri sebagaimana resolusi yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 1948, berkat sokongan Eropa dan Amerika. Meskipun terindikasi adanya tindakan ilegal dalam pembentukan negara tersebut.

Di sisi lain kehidupan rakyat Palestina semakin terjepit dan tertindas oleh rezim pendudukan. Saban hari selama 75 tahun tentara pendudukan Zionis teroris secara terus-menerus menembak mati orang-orang Palestina sesuka hati mereka dengan dalih membela diri.

Negara pendudukan membuat berbagai macam propaganda untuk menyudutkan rakyat Palestina mata dunia, sekaligus untuk membenarkan aksi kekejaman yang mereka lakukan, seolah Yahudi Zionis telah menjadi korbannya. Kebenaran dibungkam dengan kekuatan media global yang berafiliasi dengan zionis.

Ditambah dukungan politik global, keuangan, militer, dan media yang mereka kuasai terutama Amerika, Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya membuat semua kejahatan Yahudi Zionis teroris terlihat baik-baik dan aman tanpa ada yang berani melawannya.

Pada era ini atau pada dua dekade pertama, sedikit demi sedikit tanah Palestina direbut oleh "negara" Israel untuk diberikan kepada pemukim yang berdatangan dari negara lain dan menjadi warga negaranya.

Penderitaan Palestina semakin tenggelam dalam hiruk pikuk persaingan dunia, dan tidak ada kepedulian International terhadap sepak terjang Yahudi Zionis teroris yang merugikan bangsa Palestina.

Yahudi Zionis Teroris semakin besar kepala dan merasa diri berada di atas angin. Ditambah lagi dengan ideologi yang mereka anut sebagai bangsa pilihan Tuhan (superiority complex) semakin menjerumuskan mereka lebih dalam untuk berbuat kejahatan paling sadis terhadap orang-orang Palestina.

Orang-orang Palestina yang ditangkap dan ditahan di dalam penjara Yahudi zionis Israel mengalami berbagai penyiksaan fisik, tekanan psikologis, dan pelecehan.

Bahkan tidak sedikit pula yang dibakar hidup-hidup, dipatahkan jari atau tangan mereka, dibiarkan kelaparan, dan ditempatkan di ruang-ruang isolasi yang gelap dengan sanitasi yang buruk. 

Baca Juga: WALHI: Pidato Jokowi di COP28 Dubai Penuh Mimpi dan Kontradiksi

Konon ada tahanan sampai hilang ingatan akibat menerima penyiksaan yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. 

Celakanya, Yahudi Zionis Israel menyasar anak-anak Palestina, perempuan, bahkan orang lansia pun mereka tidak perduli. Benar-benar biadab!

Tetapi jeritan penderitaan orang-orang Palestina di kamp-kamp bawah tanah penjara Yahudi Zionis Israel teroris itu tak terdengar kemana-mana. 

Tidak saja ke pemimpin negara-negara barat yang selama ini menggaungkan hak azasi manusia, bahkan mata dan telinga para pemimpin negara-negara Islam pun seperti buta dan tuli.

Tujuh setengah dekade sudah penderitaan demi penderitaan rakyat Palestina terus terjadi silih berganti, seakan tidak ada akhirnya. Ribuan orang tua kehilangan anak-anaknya, yatim piatu, dan janda menjadi riwayat kehidupan yang memilukan.

Namun Palestina tidak pernah mengalami kemunduran dan patah semangat, apalagi putus asa. Dengan kekuatan yang mereka miliki, rakyat Palestina bangkit dan melawan. Merebut kembali hak-hak mereka yang telah dirampas Yahudi Zionis teroris Israel.

Gerakan perlawanan yang diorganisir oleh kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan orang-orang secara mandiri telah berlangsung secara masif walaupun dengan alat perjuangan seadanya, mulai dari Intifada hingga Badai Al Aqsa.

Dua kubu perlawanan yang paling fenomenal di Palestina yaitu Hamas dan Fatah telah mewarnai semangat juang rakyat Palestina hingga hari ini. 

Kedua kubu tersebut memiliki sayap militer yang digunakan untuk bertempur melawan tentara pendudukan yang dilengkapi dengan senjata canggih buatan Amerika dan Eropa.

Kendatipun minim peralatan tempur dibanding tentara Yahudi. Pasukan Brigade Al-Qassam sebagai sayap militer Hamas dan Seraya Al quds sayap militer Fatah mampu menunjukkan perlawanan kepada penjajah.

Walau dengan melontarkan kerikil kearah tentara pendudukan sekalipun seperti saat perlawanan Intifada, namun secara subtansi hal ini memperlihatkan kekuatan melawan dan tanpa kata menyerah dari rakyat Palestina dengan jelas dan kokoh.

Memang lemparan batu Palestina tidak dapat menggoyahkan tank-tank baja serdadu Yahudi, apalagi membuat mereka kalah dan lari terbirit-birit. Akan tetapi batu-batu akan kemudian menjadi saksi bagaimana ghirah jihad pasukan perlawanan dihadapan Tuhan dalam melindungi tanah warisan para nabi.

Tentara pendudukan Israel melancarkan perang dahsyat di Jalur Gaza sejak tanggal 7 Oktober lalu, menyebabkan lebih dari 15.000 orang gugur syahid, 10.000 di antaranya anak-anak dan wanita.

Sementara sekitar 7000 korban lainnya hilang terkubur di puing-puing bangunan, dan jumlah korban luka melebihi 36 ribu. Angka korban di pihak rakyat Palestina terus bertambah seiring dengan intensitas pemboman yang dilancarkan Zionis pada hari-hari ini semakin meningkat.

Meskipun demikian, Israel zionis tidak mampu meraih sedikitpun kemenangan pada perang kali ini. Bahkan secara perlahan namun pasti, Israel sedang mengalami keruntuhan dari aspek kehidupan.

Analis politik Chai Klein mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Channel 7 Israel bahwa “kepercayaan terhadap pemerintah Israel telah menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir,” dan menambahkan bahwa “operasi serta perang dimana Israel berhenti sebelum mencapai kemenangan selama bertahun-tahun telah membuat orang-orang kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan politik Israel..”

Pernyataan pengamat tersebut semakin meneguhkan keyakinan masyarakat internasional bahwa dalam waktu beberapa tahun kedepan, "negara" Israel benar-benar tidak ada lagi di muka bumi. Semoga Allah SWT memberikan kemenangan yang nyata bagi rakyat Palestina dan negara Palestina.***

Editor: Hamdani

Tags

Terkini

Terpopuler