Karakter Pancasilais

- 17 Februari 2024, 15:45 WIB
Kristia Ningsih
Kristia Ningsih /

Ketika seorang ibu memprioritaskan putra putrinya di atas pekerjaan, ia memiliki integritas, totalitas dalam tugas. Seorang pedagang cabai tak curang timbangan sebab integritas kejujuran tumbuh dalam dirinya. Seorang muadzin yang tak lelah tepat waktu untuk mengumandangkan adzan tentu karena ia memiliki integritas kedisiplinan.

Guru yang memberi sanksi saat siswanya berpotensi terjerumus dalam pelanggaran adab, ia berintegritas. Ketika guru membuat peraturan jangan terlambat, ia tepat waktu memulai jam pertama, ia sudah mencontohkan integritas; sesuai ucapan dengan perbuatan. Siswa akan respek dan terbentuk jiwa integritasnya. Tak ada lagi istilah, ‘murid telat dihukum, guru telat tidak dihukum.’

Tak akan ada istilah ‘hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas’. Ketika seorang hakim tak mempan disuap, integritas tak bisa ditebas. Demikian halnya dengan chef di televisi yang mengaku masakannya lezat; bila itu yang sebenarnya, bukan sandiwara pertelevisian, itulah integritas. Ia dan siarannya bukan penggila popularitas, melainkan menyajikan tayangan memasak berkualitas. Demikian halnya, dengan penulis yang tidak lupa mencantumkan sumber bacaan. Ia tidak melakukan plagiarisme. Ia memiliki integritas.

 

 

Sebuah pertanyaan penting sebagai penutup, bagaimana menghidupkan integritas? Sederhana saja. Mari kita kembali mengenang serta mengulang, polos, bersih dan murninya anak lima tahun. Sejatinya, jujur adalah sifat asal seorang manusia. Demikian halnya dengan sifat enggan menyakiti orang lain. Semoga di tahun 2024, kita semakin merdeka. Seperti bunyi Pancasila, bahwa manusia yang adil dan beradab atau berintegritas dapat membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.***

Halaman:

Editor: Mustakim


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah