Sabar, Seni Menjalani Hidup Berkah

- 31 Maret 2024, 22:30 WIB
Doa usai Shalat Tahajud Teks Arab dan Latin serta Terjemahan
Doa usai Shalat Tahajud Teks Arab dan Latin serta Terjemahan /aboutislam.net

PIKIRANACEH.COM | RELIGI - Jika ada pertanyaan diajukan kepada setiap orang, sesuatu atau hal apa yang menjadi keinginan atau paling hendak dicapai dalam hidup, apakah kondisi hidup dalam kekayaan? Populer? Meraih gelar akademik atau lainnya?! Maka jawaban yang dapat ditemukan di antaranya tersebut adalah keduniaan.

Itulah nikmat-nikmat dunia, apakah salah? Tidak sepenuhnya, sebab kesemuanya dapat juga membawa manfaat untuk kehidupan akhirat.

 

Namun apa sebenarnya yang dimaksud akhirat yang Allah secara langsung menggugah kecenderungan manusiawi tersebut dalam al-Qur’an hingga beberapa kali (seperti dalam Surat al-A’laa: 16 yang merupakan kebenaran dalam kitab-kitab sebelumnya yaitu Shuhuf Ibrahim dan Musa pada ayat 19)?!

Secara spesifik makna kenikmatan dunia dapat ditemukan dalam berbagai hal yang identik dengan keindhan, kenikmatan, dan perasaan senang baik yang halal bahkan yang harus dihindari lantaran identik dengan keharamannya seperti perbuatan-perbuatan terlarang yaitu berjudi, zina, dan lain sebagainya.

Artikel ini akan mengulas sikap terhadap hal keduniaan untuk mencapai tujuan yang lebih mulia dan mendekati taqwa. Penekanan akhlak, sikap sabar dan syukur adalah di antar poin-poin sikap mulia yang diajarkan Islam.

Tidak semata bertujuan meraih kenikmatan dunia semata, terlebih menjalani hidup tanpa tujuan, Islam memberi pedoman menjalani hidup dalam kemuliaan sesungguhnya.

Sabar adalah di antara ini ajaran Islam. Al-Ghazali yang dikenal sebagai sosok dengan sebutan “hujjagul Islam” atau pembela Islam, yaitu dari serangan ide-ide hedonisme dan paham yang kental dengan semangat materi atau materialisme kala itu mengatakan bahwa inti dari ajaran Islam selain syukur adalah sabar.

 

Dalam Kitab Mukhtasar Ihya Ulumuddin, al-Ghazali mengutip berbagai hadits yang mahsyur dikutip oleh para ulama. Intinya, sabar menduduki posisi penting dalam syariah.

Kembali kepada topik tentang sabar, dalam praktisnya, selain menahan diri dengan tidak melakukan sesuatu atau dalam melakukan suatu amalan, sabar membawa hikmah besar berupa kesempatan beramal saleh.

Sabar dalam arti menahan dan tidak terburu-buru sehingga dapat mengurangi kualitas suatu amalan atau merusaknya, sabar dapat dimaknai dengan kesempatan beramal salih dengan amal salih lain.

Sebagai contoh, untuk menghindari perbuatan terlarang, meskipun bersifat nikmat dan mengenakkan, namun menahan diri dengan berzikir atau terlebih dengan salat. Meski diakui tidaklah mudah, namun, sikap ini penting dan jauh lebih baik bahkan tidak sebanding dengan melakukan perbuatan terlarang sama sekali.

Bahkan, dalam kajian khas sufistik, menghindari kenikmatan dunia tidak semata terhadap hal yang identik dengan negatif atau buruk, pada derajat tertentu kenikmatan dunia yang diperbolehkan juga berusaha diseleksi untuk dihindari. Lihat Qur’an Surat Aali Imraan ayat 15.

 

Kemudian tidak sampai berhenti di sana, sabar juga senantiasa mengiringi pengamalan amal salih tersebut, seperti dalam salat untuk tidak terburu-buru dalam melaksanakannya dengan memenuhi rukun-rukunnya.

Dengan demikian, bukan tidak mungkin, tidak hanya do’a seiring amalan salat tersebut yang diijabah atau terkabul, bahkan Allah akan mengganti dan menempatkan posisi seseorang dalam kondisi atau hal yang jauh lebih baik lagi mulia.

Hikmah terakhir dalam artikel ini terkait sabar adalah kreativitas tanpa batas dalam beramal saleh. Beramal dengan suatu amal salih ke amal salih lain sebagai pengisi dari suatu hal yang diri ditahan terhadapnya. Walhasil, sembari menunggu hasil dari suatu amalan dengan penuh kesabaran dengan amal salih lain, dan senantiasa dengan berharap untuk setiap amalan berkesesuaian syariah dan dalam keikhlasan agar dapat diterima Allah. “Allahu a’lam.”

Editor: Mustakim


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah