Buang Jauh-jauh Sifat Sombong, Lakukan Muhasabah Diri dengan Tiga Cara Ini

- 17 Mei 2024, 09:22 WIB
Ilustrasi Bersujud. Foto Freepik
Ilustrasi Bersujud. Foto Freepik /Hamdani/

PIKIRANACEH.COM - Salah satu sifat yang mendatangkan kebencian Allah adalah sombong. Bahkan manusia sekalipun membenci orang yang memiliki sifat tersebut. Sangking buruknya wajah orang yang mengidap sifat sombong atau kesombongan hingga diancam oleh Allah, mereka tidak akan masuk surga.


Mengenai hal ini, Ustadz Raidi Rizki Anshari, Lc, MA memiliki pandangan sendiri terhadap definisi sombong dan kaitannya dengan ibadah. Dikatakannya, "orang yang tidak pernah merasa kurang dalam ibadahnya, orang merasa diri aman-aman saja, itulah orang yang dianggap sombong dan lupa diri, Orang sombong dan lupa diri mereka merasa tidak perlu bermuhasabah."

Baca Juga: Haji Wada' Momen Penting Persatuan Umat Islam

Padahal apa yang mau disombongkan? Sedangkan manusia baik dia memiliki kekuasaan, kaya atau miskin semua diciptakan dari air mani yang keluar dari saluran kencing (najis). Begitupun, didalam tubuhnya terdapat perut yang isinya juga kotoran yang itu dia bawa kemana-mana mereka pergi. Tidak ada bedanya, apakah ia seorang pejabat, penguasa, kaya atau miskin semua sama.

Sementara setiap manusia itu pasti akan mati dan menjadi bangkai yang menjijikkan, yang bangkai itu kemudian dicampakkan ke dalam tanah, dikubur layaknya seperti juga berlaku pada seekor binatang yang mati, bangkainya juga dilemparkan ke dalam tanah dan dikubur.

Oleh karena itu, ketiga hal tersebut hendaknya menjadi cambuk bagi kita agar jangan lupa diri, sering mengingat dosa, mengingat kekurangan-kekurangan sehingga memperbanyak mengucapkan istighfar. "Tetapi untuk bermuhasabah diri, untuk mengingat-ingat dosa, mengingat kekurangan-kekurangan, seseorang memerlukan tiga hal," ungkap nya.

Pertama: ilmu

Ilmu adalah senjata utama bagi kita untuk menilai segala kekurangan yang kita lakukan terutama dalam beribadah kepada Allah. Orang yang tidak mau belajar dan menuntut ilmu, dia merasa ibadahnya aman-aman saja. Padahal sekiranya dia mengetahui sesungguhnya masih banyak kekurangan, baik dalam bacaan dan gerakannya. Misalnya dalam melakukan shalat

Oleh karena itu Ilmu menjadi sangat penting sebagai kunci untuk bermuhasabah. Karena kita bisa melihat sempurna atau tidaknya ibadah yang kita lakukan.

Kedua: memperbanyak prasangka buruk terhadap diri sendiri.

Kita perlu merasa diri penuh kekurangan. Cara pandang diri serba kekurangan akan membawa kepada muhasabah diri untuk perbaikan. Jauhkan melihat diri ini sudah sempurna dalam segala aspek terutama dalam beribadah. Justru bawalah pandangan seakan ibadah yang kita lakukan masih banyak kurangnya baik secara kuantitas maupun kualitas.

Kita perlu instrospeksi diri dan mengeluh kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan.

Perbanyaklah membaca istighfar sambil merenungkan dosa yang telah diperbuat. "Ya Allah nikmat yang Engkau berikan begitu banyak tapi syukur ku sedikit, Ya Allah rezeki yang Engkau berikan banyak tapi sedekah ku sedikit, Ya Allah waktu luang ku banyak namun yang digunakan untuk membaca Alquran sedikit," katanya mengajurkan.

Ketiga: mampu membedakan antara nikmat dengan nakmat

Menurut Syekh Khatib Aturmudzi mengatakan kita harus mampu membedakan antara kedua hal itu. Nikmat adalah segala sesuatu yang diberikan oleh Allah baik itu harta, jabatan, kesehatan, dan ilmu dimana membawa kita semakin dekat dengan Allah.

Sedangkan nakmat adalah sebaliknya yaitu rezeki yang Allah berikan setiap hari, ada jabatan, kekuasaan, dan lainnya tapi menjadikan kita jauh dari Allah sebagaimana halnya Firaun yang mendapatkan nakmat bukan nikmat.

Nah begitulah, semoga kita senantiasa bisa selalu mawas diri dan bermuhasabah agar nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT tidak berubah menjadi nakmat.

Editor: Hamdani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah