Nafsu Hanya Dapat Dikalahkan dengan Iman, Berikut Penjelasannya

- 21 April 2024, 14:54 WIB
Kitab Suci Al Quran
Kitab Suci Al Quran /Hamdani/

PIKIRANACEH.COM - 'Al ilmu fi lisan' begitu seuntai kalimat yang dikatakan oleh para ulama yang berarti ilmu hanya di lidah (lisan) atau bermakna bahwa ilmu yang tidak mengantarkan ia pada amalan.

Menurut Pimpinan Dayah Wakaf Barbate Ustadz Muhammad Rais, ilmu yang hanya ada di lidah hanyalah menjadi pengetahuan saja. Maka ilmu itu tidak dapat mengalahkan nafsu. Akibatnya ia tidak berbuah amalan. Sebab nafsu telah mengajaknya pada kelalaian.

Baca Juga: Hamas Kecam Keras Veto AS Jegal Palestina Menjadi Anggota Penuh PBB

Hari ini kita masih berada di bulan Syawal lebih tepatnya 12 Syawal. Artinya bulan Ramadhan belum lama berlalu. Tentu saja kesan ramadhan masih terngiang di benak kita.

Misalnya selama ramadhan di kita melihat nyaris semua masjid kota-kota di Aceh mengadakan ceramah saat pelaksanaan shalat tarawih. Penceramahnya pun merupakan ustadz/Teungku yang memiliki kualitas.

Lantas apakah ceramah yang berapi-api tersebut membawa perubahan umat dalam beramal? Jawabannya belum tentu karena semuanya sangat tergantung pada iman seseorang.

Allah SWT berfirman: “Nafsu ini selalu memerintahkan kepada keburukan kecuali yang Tuhan beri rahmat. Tuhanku Maha Pengampun lagi Penyayang,” (QS Yusuf ayat 53)

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman “Jangan mengikuti nafsu, karena hal itu akan membuatmu tersesat dari jalan Allah.” (QS Saad 38 ayat 26)

Kedua ayat di atas jelas terlihat bahwa iman dan nafsu adalah dua hal yang saling bertolak belakang atau berlawanan.

Baca Juga: Azhari Ingin Rubah Lhokseumawe Jadi Kota Petro Dinar dan Small Dubai Jika Jadi Wali Kota

Maka, dalam proses tazkiyah, seseorang perlu menanamkan iman dan akhlak terlebih dahulu di dalam dirinya. Dengan iman akan melahirkan ketakwaan, kemudian akan terbentuk akhlak yang baik.

Akhlak adalah buah dari ketakwaan, sedangkan ketakwaan lahir dari keimanan. Adapun ilmu perlu dibantu oleh iman, begitu pula akal.

Jika diilustrasikan, ada orang yang tahu tentang betapa besarnya pahala shalat berjamaah di masjid. Akan tetapi ia tidak datang ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah, maka itulah yang disebut ilmu.

Artinya ilmu yang ia miliki tentang balasan shalat berjamaah tidak berbuah menjadi amalan sebab imannya tidak menggerakkan dirinya hadir ke masjid. Bahkan mungkin telah dikalahkan oleh hawa nafsu yang memengaruhinya.

Tetapi jika itu argumentasinya adalah perkara hidayah, maka hanya Allah SWT saja yang mampu memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Mengalahkan nafsu memang bukan perkara mudah seperti diungkapkan oleh Imam al-Ghazali. Nafsu itu menawarkan kesenangan sedangkan iman datang dari bersusah payah. Iman tidak datang dengan mudah.

Imam Al Mawardi dalam kitab ‘Adabun Dun-ya Waddin, mengatakan dalam sebuah syair; Hawa adalah sesuatu yang menghalangi kebaikan, terhadap akal ia bertolak belakang. 

Hawa adalah menghasilkan akhlak yang buruk. Hawa menampakkan keburukan. Hawa membuat tabir kebaikan seseorang terobek. Hawa merupakan pintu masuk kejahatan.

Sebagai penutup ada sebuah hadits dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra mungkin bisa menjadi kesimpulan, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak beriman seseorang sampai hawa nafsunya ia tundukkan demi mengikuti apa yang aku bawa” (HR. At-Thabrani). 

Editor: Hamdani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah