Network
PIKIRANACEH.COM - Kebiasaan (Habit) nelayan Aceh dalam menangkap ikan yang tidak mengindahkan kualitas hasil tangkapan selayaknya diperbaiki oleh pelaku dan peran stakeholder untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka perlu digencarkan.
"Ikan yang memiliki kualitas baik sangat berpengaruh tehadap harga yang jauh lebih tinggi daripada ikan yang rusak dan tidak higienis. Selain tidak laku dijual justru dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi nelayan dan pengusaha,"
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Aliman, S.Pi.,M.Si dalam dialog TVRI Aceh kemarin, Rabu (15/05/2024).
Baca Juga: Ungkap Dugaan Korupsi Rp15 Miliar, Kejati Aceh Geledah Kantor BRA
Ia juga mengatakan, budaya menangkap ikan sebanyak-banyaknya perlu ditransformasi menjadi budaya menangkap ikan secukupnya. Maksud secukupnya yaitu sesuai dengan kapasitas atau daya tampung palkah kapal dan ketersediaan es saat pergi melaut. Sehingga kualitas ikan (mutu ikan) akan selalu terjaga dalam kondisi segar.
Aliman mengilustrasikan, jika palkahnya memiliki kapasitas 4 ton ikan, ya tangkaplah ikan sebanyak itu, jangan menangkap hingga 6 ton, sementara palkah sudah penuh dan stok es sudah habis. Maka ketika kondisi demikian kapal sudah bisa kembali.
"Jika kualitas ikan dalam kondisi bagus, bahkan dengan hanya menangkap 10 ton lebih menguntungkan daripada menangkap 30 ton tetapi ikannya sudah rusak, dan ini sudah terbukti di lapangan," ujar Aliman.
Sementara Anggota Komisi II DPRA Muhammad Rizky yang juga sebagai salah satu narasumber dalam dialog tersebut menyatakan, pihaknya memberikan apresiasi kepada Kepala DKP Aceh yang telah menunjukkan kinerja perbaikan sektor kelautan dan perikanan, manejemen yang mulai lebih bagus dari histori sebelumnya. Meskipun begitu inovasi-inovasi dan langkah-langkah meng-upgrade harus terus dilakukan," ucap Rizky
