Muhammad Nazar SIRA: Menghidupkan Kemanusiaan yang Tak Boleh Mati, karena Ia Harus Selalu Hidup dan Mulia

- 18 Juli 2023, 09:21 WIB
H. Muhammad Nazar
H. Muhammad Nazar /Hamdani/

Bagaimana bisa setelah membunuh secara misterius maupun terbuka dengan sangat sengaja kemudian mereka datang seenaknya meminta maaf datar-datar saja. 

Hanya mengakui sebahagian kecil secara tidak ikhlas bahkan masih berupaya merobohkan serta menghilangkan ingatan zaman yang mengalaminya serta manusia semesta.

Untuk apa kesepakatan politik damai yang berhalaman-halaman dengan berpura-pura berjabat tangan, untuk apa produk hukum berjilid-jilid dengan sampul indah yang memenuhi berbagai kantor dan pustaka, jika menegakkannya ternyata tetap saja masih pura-pura. 

Terlalu banyak kejahatan dan penindasan mereka saat telah menjadi bangsa bersama, yang dulu dimulai dan dilobi dengan jargon serta alasan kepentingan sesama agama mengusir kaum penjajah kafir Belanda beserta partnernya.

Pengorbanan ternyata sering tak berharga, itu nyata. Menerima bantuan dengan senang dan penuh puji-pujian ketika hendak mengusir kaum penjajah dari Eropa dan luar sana. Lalu jahatnya, mereka yang telah merdeka menjadi para pengelola negara mencoba menghabisi kaum dan menjadi menjelma menjadi kaum penjajah baru terhadap kaum yang telah berderma dengan lugu dari ujung Sumatra yang jauhnya ribuan kilometer dari ibukota Jakarta. 

Baca Juga: Rumoh Geudong Dilenyapkan, Ada Bukti Sejarah yang Hilang

Menindas dan menghabisi dengan sengaja, mengerahkan banyak mesin pembunuh kejam tak berhati manusia, mencurahkan begitu besar dana, menumpahkan darah manusia lain dengan menindas dan menyiksa karena alasan bahagian bangsa mereka yang harus dipertahankannya.

Logika apa yang diterapkan, jika saat itu mereka menyatakan dan sumpah serapah bahwa Aceh itu adalah bahagian bangsa dan negara yang harus dipertahankan oleh mereka, sementara saat yang sama mereka pun menghabisi rakyatnya dan menguras harta dari wilayahnya untuk dibawa dengan paksa.

Saat kejahatan itu mulai diketahui umum dan dunia, pengakuan-pengakuan pun datang dari negara tetapi tetap saja kurang ikhlas dan sudah hampir pasti seperti pura-pura. 

RumBaca Juga: Darah dan Sejarah Rumoh Geudong, Camp Penyiksaan Sipil di Aceh yang Kini Dilenyapkan

Halaman:

Editor: Hamdani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah