Perang Khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun 7 Hijriah. Perang itu termasuk ke dalam salah satu peristiwa besar yang secara langsung diikuti oleh Rasulullah Saw.
Khaibar merupakan daerah yang sangat subur akan tanahnya dan banyak mata air, sehingga tak heran jika tumbuh pohon-pohon kurma di sana. Daerah tersebut ditempati oleh kaum Yahudi yang sedari dulu menyimpan dendam mendalam terhadap Islam.
Yahudi dalam melawan pasukan Islam saat itu tidak sendirian. Beberapa kelompok umat Islam berkhianat dengan membantu Yahudi seperti apa yang terlihat pada perang Palestina saat ini.
Yahudi menjalin hubungan dengan orang-orang munafik yang menjadi duri dalam tubuh umat Islam. Bahkan, mereka mengadakan hubungan dengan Ghathafan dan orang-orang Badui yang merupakan sayap ketiga musuh Islam kala itu.
Beruntung dalam Perang Khaibar, pasukan muslim meraih kemenangan. Meskipun secara militer jumlah pasukan Islam hanya 1.600 sedangkan musuh memiliki jumlah tentara yang lebih banyak dan persenjataan yang sangat lengkap.
Namun pasukan Islam diberikan kemenangan oleh Allah SWT. Kaum Yahudi bahkan memohon perdamaian dengan Rasulullah Saw dan meminta untuk tetap diizinkan menghuni rumah-rumah mereka dengan catatan menyerahkan separuh penghasilan setiap tahun pada kaum muslimin.
Perang Khaibar dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. Saat Rasulullah Saw. menyerahkan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib dan berwasiat. “Ajaklah mereka ke dalam Islam sebelum engkau memeranginya. Sebab demi Allah, seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang maka itu lebih baik daripada onta merah (harta bangsa Arab paling mewah waktu itu)” (HR. Muslim).
Kenali musuhmu
Baca Juga: Prof M. Shabri Bersama Dua Guru Besar USK Lainnya Terpilih sebagai Saintis Terkemuka
Kitab suci Al-Quran pada surat Al-Baqarah menceritakan tentang karakter Yahudi yakni, kerakusan, materialisme, ketamakan, kecintaan mereka terhadap dunia, dan kengeyelan Yahudi; merupakan salah satu sifat Yahudi yang menonjol hingga sekarang adalah rasisnya.