Nikmati Samudera Hindia Dari Puncak Gurutee Bersama Siamang, Ini Jadwal Turun Siamang di Aceh Jaya

4 Oktober 2023, 13:11 WIB
Puncak Gurutee Aceh Jaya /Bangkim/

PIKIRANACEH.COM | WISATA - Gurutee merupakan kawasan wisata paling hits yang ada di Aceh.  kawasan ini merupakan tempat yang eksotis, tak tangung-tangung kita bisa langsung menyaksikan samudera India dari puncak Gurutee Aceh Jaya.

Puncak Geurute terletak di Kecamatan Jaya, Aceh Jaya yang berbatasan langsung dengan wilayah Aceh Besar dengan jarak dari  Ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh sekitar 66 kilometer atau 1  jam 25 menit perjalanan.

Baca Juga: Inovasi Shopee Hadirkan COD Cek Dulu, Bikin Belanja Online Makin Menyenangkan

Menariknya lagi, selain dapat menikmati pemandangan alam, di warung Abdullah, pengunjung juga bisa bertemu langsung dengan keluarga primata Siamang (Symphalangus Syndactylus) di jam-jam tertentu yaitu pukul 09.00- 10.00 WIB, 14.00-15.00 WIB dan 16.00-17.00 WIB. Ketika masuk ke warungnya, akan ada spanduk berisikan sejumlah foto pengunjung dengan Siamang yang ada di warungnya. Maka dari itu, warung Pak Abdullah ternyata juga banyak dikenal dengan sebutan Warung Siamang.

Ketika masuk ke warungnya, akan ada spanduk berisikan sejumlah foto pengunjung dengan Siamang yang ada di warungnya. Maka dari itu, warung Pak Abdullah ternyata juga banyak dikenal dengan sebutan Warung Siamang.

Baca Juga: Pengawas Pemilu Dibekali Tips Menulis Rilis Mainstream di Media Sosial

Siamang


Asal Usul Siaman Turun ke Warkop Pak Abdullah

Dilansir dari berbagai sumber,  Siamang adalah spesies owa-owa terbesar yang memiliki bulu hitam baik jantan maupun betina.

Jika dilihat lanngsung dari dekat, hewan dilindungi ini memiliki lengan lebih panjang daripada kaki serta mempunyai kantong suara di lehernya.

Diceritakan Abdullah, sekitar belasan tahun silam ia pertama kali bertemu dengan Siamang jantan yang mampir ke warungnya, lalu memberinya makan berupa pisang.

Selang beberapa waktu kemudian, ternyata Siamang itu kembali lagi dengan membawa pasangan hingga akhirnya mereka setiap hari hingga saat ini rutin kembali ke warungnya. “Sejak saat itu mereka selalu turun ke sini di jam-jam tertentu dan sudah terbiasa bertemu dengan manusia. Kalau banyak tamu yang datang mereka biasanya bakalan lama di sini dan tidak mau pergi,” ucap Abdullah

Disaat ia bercerita, Siamang yang menjadi topik pembicaraan itu ternyata mampir ke warungnya. Padahal saat itu sudah lewat pukul 10.00 WIB, beruntungnya lagi mereka datang sekawanan dan merupakan satu keluarga.

Terdiri dari satu pasangan dengan dua anaknya yang menurut Abdullah berjenis kelamin jantan. Pengunjung yang tadinya duduk bersantai sambil menikmati pemandangan lautan Samudra Hindia dengan sejumlah gugusan pulau dari warung Abdullah,  mendadak bangun dan berpindah posisi duduk menjauhi kawanan Siamang yang datang.

Baca Juga: 300 Titik Rawan Penanaman Ganja di Aceh Ditemukan

Dua ekor anak Siamang terlihat sangat aktif bermain satu sama lain, bergelantungan di tiang-tiang kayu warung bahkan mencoba menghampiri pengunjung. Berbeda dengan anaknya, Siamang dewasa terlihat lebih pendiam dan hanya berdiam diri di pojokan warung bahkan sampai tertidur.  Suasana warung saat itu mendadak heboh dan ramai, sejumlah pengunjung terlihat antusias mulai mengeluarkan handphone untuk berswafoto atau sekedar merekam.

Kebanyakan pengunjung memilih untuk menjauh ketika Siamang mendekat dan tidak mau berinteraksi langsung. Padahal menurut Abdullah, mereka sangat bersahabat dan tidak menggigit. Sesaat setelah berkumpul di warungnya, primata itu bahkan langsung menuju dapur warung menemui Abdullah yang sudah siap dengan sejumlah pisang ditangannya. Ternyata Abdullah sengaja menyediakan satu tandan pisang setiap hariny dan digantung di depan warung untuk diberikan kepada Siamang setiap kali mereka datang.

“Mereka sangat suka pisang. Pisang ini saya beli pribadi untuk makannya dia (Siamang), setiap harinya sekitar Rp 40 ribu. Kadang juga ada tamu-tamu yang bawa dan memberi mereka makan,” ucapnya Menurut Abdullah, Siamang suka saat sedang banyak pengunjung datang ke warungnya. Mereka tidak akan pergi dan akan ikut menemani pengunjung makan. Tapi, perlu diingat jika lengah sedikit, pesanan pengunjung  bisa-bisa diambil Siamang.

Baca Juga: Bukan Hilang, Syahrul Yasin Limpo Ternyata Sedang Berobat Penyakit Ini, Segera Pulang

Contoh nyatanya saat itu, ada salah satu pengunjung sedang meninggalkan mejanya entah kemana. Seekor anak Siamang berukuran sedang mendatangi mejanya yang saat itu berada di pojokan warung.

Pengunjung lain yang juga berada di sana turut menyaksikan, namun tidak ada yang berani mendekat. Siamang mendekat dengan cara bergelantungan ke setiap tiang dan sudah duduk di atas meja sambil mencelupkan tangannya ke dalam air kelapa muda untuk mencicipi rasanya. Hal itu, membuat pemesan minuman tersebut harus merelakan kelapa mudanya.

Berbeda dengan Siamang yang sudah terbiasa dengan manusia, Abdullah juga mengingatkan pengunjung  untuk lebih waspada dengan kedatangan monyet yang tiba-tiba suka merampas makanan. Mengejutkannya lagi, Abdullah mengaku Siamang yang selalu berkunjung ke warungnya itu  sebenarnya sudah berjumlah tujuh ekor.

Baca Juga: Empat LSM Ingatkan Pemerintah: Pengerukan Pelabuhan Kuala Langsa Jangan Sampai Merusak Lingkungan

Namun, tiga ekor telah hilang diambil orang yang berhenti di sana saat warungnya tidak dijaga. “Tiga ekor anaknya sudah diambil orang saat bulan puasa, karena warung ini tidak ada yang jaga,” tuturnya Dulu pernah pelaku pencurian anak Siamang di warungnya tertangkap basah dan dipukuli hingga akhirnya anak Siamang selamat dan dikembalikan. Tapi, kata Abdullah di bulan Ramadhan berikutnya ternyata anaknya kembali diambil orang, entah itu orang yang sama atau berbeda. Pada hari biasa, ia mulai membuka warung dari pukul 07.00 WIB sampai pukul  24.00 WIB. Namun, saat Ramadhan tiba, seluruh warung di puncak Guerute akan tutup dan tidak ada yang mengawasi primata tersebut saat mereka pulang ke warung.

Baca Juga: Prediksi Cuaca 12 Wiayah di Aceh Hari Ini

“Paling nanti ada sesekali saya ke warung kasih mereka makan,” pungkas Abdullah Hari-hari yang paling ramai dikunjungi pengunjung, menurutnya adalah setiap hari libur, Sabtu dan Minggu terutama di sore hari. Selain duduk beristirahat di warung sejumlah warung yang ada di sana, pengunjung juga bisa mencoba menaiki puncak gunung.

Tepat di seberang warung Pak Abdullah, terdapat anak tangga menuju ke puncak. Tapi, perlu diingat, pengunjung harus berhati-hati ketika menjejaki anak tangga. Tidak ada yang special di atas sana, hanya terlihat sejumlah sisa reruntuhan bangunan dan selebihnya memang hutan belantara. Tapi, pemandangan laut biru Samudera Hindia akan tampak lebih jelas dari atas. Kebanyakan mereka yang naik ke sini akan menghabiskan waktu untuk sekedar berfoto dengan latar belakang lautan dan sejumlah pulau, salah satunya Teguh.

Baca Juga: Warga Aceh Besar Gunakan Drum Cor Isi Kerangka Manusia untuk Cari Ikan, Sudah Ada Sejak 12 Tahun Lalu

“Saya sudah sering setiap mau pulang kampung selalu mampir ke sini sama kawan-kawan,” ucapnya Mahasiswa asal Nagan Raya itu terlihat secara bergantian berpose dengan teman-temannya. Walaupun sudah sering, ia mengaku selalu takjub dengan keindahan puncak Gunung Geurute terutama pemandangan lautnya.

Untuk siapa saja yang berkunjung ke Puncak Geurute, disarankan untuk berkunjung ketiaka hari cerah saja dan tidak berhenti ketika hujan turun karena rawan longsor. Apalagi mengingat warung-warung yang dibangun di sana berada di atas tepi jurang yang beberapa meter di bawahnya langsung lautan lepas.


Editor: Mustakim

Tags

Terkini

Terpopuler