Kesamaan cara pandang terhadap Aceh membuat keduanya memiliki visi yang sama untuk memerdekakan Aceh. Malik pun berusaha membantu kepulangan Hasan Tiro ke tanah kelahirannya dengan dalih urusan bisnis.
Tepat pada 1969, Hasan Tiro berhasil mendarat kembali di Aceh dengan bantuan Amir Mahmud, kakak dari Malik Mahmud.
Menurut catatan harian Tiro yang diabadikan dalam sebuah buku berjudul, The Price of Freedom: The Unfinished Diary, Gerakan Aceh merdeka belum dideklarasikan saat itu.
Hasan Tiro sempat kembali ke Amerika Serikat usai kunjungan bisnis di Aceh. Namun, saat kakak kandungnya meninggal dunia pada tahun 1974, dia meminta pemerintahan Indonesia membuka akses kepulangan dengan alasan duka.
Kepulangan Hasan Tiro pun mendapat pengawasan pemerintah Indonesia agar tak terlibat kegiatan politik.
Namun Hasan Tiro dan kelompoknya tidak melakukan konsolidasinya di Indonesia. Konsolidasi gerakan tersebut dilakukan di Singapura, tempat domisili Malik Mahmud.