Bagaimanakah Orientasi Ibadah Kita Paska Ramadhan?

14 April 2024, 09:20 WIB
Sekretaris Umum BKM Babul Maghfirah Ustadz Rabiuddin SE /Hamdani/Wirzaini/

PIKIRANACEH.COM - Bulan Ramadhan baru saja berlalu dan pergi meninggalkan kesan tertentu di hati setiap orang beriman. Diantara kesan manis yang ditinggalkan, kita merasa ramadhan telah membawa kita berada sangat dekat dengan surga. Perasaan damai dan bahagia begitu terasa.

Saat menjalani hari-hari di bulan yang penuh keagungan tersebut, orang-orang beriman menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah. Mulai dari ibadah puasa, shalat rawatib berjamaah hingga amalan-amalan sunat hampir tidak ada yang kita tinggalkan.

Baca Juga: Menjaga Islam, Iman, dan Ihsan Paska Ramadhan

Ramadhan telah menjadikan orang-orang beriman sangat rakus terhadap kebaikan dengan mengharapkan pahala dari Allah SWT. Disaat itu kita merasa seakan sangat dekat dengan surga. Tidak terbayangkan sedikitpun bahwa kita tergolong kedalam penghuni neraka [na'uzubillah].

Memang demikianlah sejatinya orientasi orang-orang beriman memandang hidup dan beribadah. Semuanya harus ditujukan kepada Allah azza wajalla semata agar memperoleh ridha Nya. Dengan itu insya Allah akan dimasukkan ke dalam surga Nya [amiiinnn].

Begitu pun selama menjalani ramadhan kehidupan kita nyaris semuanya terkendali. Baik dalam interaksi antar sesama, terlebih saat beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Emosi relatif stabil meskipun fisik dalam keadaan lapar. Tidak gampang marah dan mudah memaafkan.

Ternyata ramadhan telah memberikan efek positif yang luar biasa terhadap jiwa [nafs] manusia yang benar-benar menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas.

Lantas bagaimana ketika kita sudah berada diluar ramadhan?

Dalam ceramah subuh terakhir ramadhan. Ketua Umum BKM Babul Maghfirah Wirzaini Usman, S.HI.,M.I.Kom menyinggung sikap beberapa orang yang merasa "bersyukur" karena ramadhan segera berakhir dan kemudian memasuki hari raya.

Ada yang mengucapkan "Alhamdulillah" ramadhan sudah selesai. Bersyukur karena tidak lagi terbebani atau terkekang dengan puasa [menahan nafsu]. Sehingga ia mengira sekarang semua sudah kembali bebas, bebas melakukan apa saja yang ia mau [maksiat]. Ini merupakan orientasi yang sangat keliru.

Orang-orang yang konon memiliki anggapan seperti itu, mereka termasuk yang diancam oleh Rasulullah Saw sebagai orang-orang yang celaka. Yakni tidak mendapatkan apa-apa di bulan Ramadhan. Tidak mendapatkan pengampunan.

Maka orientasi yang benar adalah kita mesti konsisten menjalankan ibadah sebagaimana telah rutin kita amalkan selama ramadhan tanpa menguranginya sedikitpun. Tetap menjaga shalat wajib berjamaah, sunat rawatib, membaca Alquran, berzikir, bersedekah, dhuha, dan kebiasaan lainnya. Bahkan amal salih harus ditingkatkan.

Baca Juga: BREAKING NEWS - Iran Serang Israel, Sejumlah Negara Tutup Ruang Udara

Langkah pertama yang harus kita lakukan paska ramadhan yaitu tanamkan niat yang kuat dalam diri kita masing-masing senantiasa istiqamah dalam beribadah dan jalan kebaikan. 

Kita harus menyadari bahwa tantangan mempertahankan kebiasaan baik yang kita lakukan selama bulan Ramadhan lalu diteruskan di luar Ramadhan sangatlah berat. Banyak sekali godaan yang mampu menggoyahkan keimanan. Namun demikian jika ada kemauan pasti ada jalan.

Allah SWT berfirman: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.’’ (QS Al-‘Ankabut: Ayat 69)

Dan yang paling penting adalah jangan membiarkan diri kita terlena serta merasa puas dengan ibadah yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan. Namun ibadah yang terus berkelanjutan dengan semangat ramadhan, itulah orientasi orang-orang beriman paska ramadhan.

Penulis: Rabiuddin SE (Saat ini menjabat Sekretaris Umum BKM Babul Maghfirah) dan ASN pada Dinas Satpol PP/WH Aceh

Editor: Hamdani

Tags

Terkini

Terpopuler