Karena ditujukan untuk ekspor, para analis mengatakan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan akan dua puluh kali lebih besar dibandingkan dengan pengeboran minyak di Willow, ladang minyak baru yang banyak diprotes di Alaska.
Oleh karena itu, bisnis gas merupakan mata uang untuk mendapatkan dukungan politik.
Gas Palestina di Gaza
Baca Juga: 13 Pakta Integritas Syarat Ijtima Ulama Dukung Pasangan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024
Sejak tahun 1999, BG Group (BGG) telah menemukan ladang gas besar antara 17 dan 21 mil laut di lepas pantai Gaza.
Berdasarkan perjanjian Oslo II, Otoritas Nasional Palestina memiliki yurisdiksi maritim hingga 20 mil laut di lepas pantai Gaza.
Pada bulan November 1999, PNA menandatangani kontrak eksplorasi gas selama 25 tahun dengan BGG. Cadangannya diperkirakan mencapai 1 triliun kaki kubik dan akan memenuhi kebutuhan Palestina serta memungkinkan ekspor.
Ehud Barak, Perdana Menteri Israel pada saat itu, menyetujui izin BGG untuk mengebor sumur pertama pada bulan Juli 2000.
Sumur tersebut menghasilkan gas emas. Palestina dan Israel mulai bernegosiasi dan kesepakatan tersebut dipandang menguntungkan baik permintaan Israel maupun pasokan Palestina.
Namun, pergantian kepemimpinan Israel memperburuk kesepakatan tersebut, dimana pemerintahan Ariel Sharon diduga mendorong penolakan kesepakatan pasokan antara ladang gas Palestina dan Perusahaan Listrik Israel milik negara.