Menjaga Islam, Iman, dan Ihsan Paska Ramadhan

12 April 2024, 09:29 WIB
Khatib Hari Raya Idul Fitri 1445 H Tgk H Salman Arifin di Masjid Babul Maghfirah /Hamdani/

PIKIRANACEH.COM - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kota Banda Aceh Tgk H Salman Arifin, S.Ag.,M.Pd antusias menyampaikan khutbah Idul Fitri di Masjid Babul Maghfirah, Minggu (10/04/2024).

Dengan mengutip Firman Allah SWT, Salman Arifin mengatakan, “Sesungguhnya umat kamu ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah Tuhan kamu, oleh sebab itu maka hendaklah kamu menyembah Aku”. (Q.S. Al-Anbiya [21]: 92).

Baca Juga: Tiga Putra dan Cucu Kepala Biro Politik Hamas Syahid Akibat Serangan Keji Israel

"Ummatan wahidah, umat yang satu, itulah sesungguhnya kita umat Islam. Islam adalah agama yang mempersatukan dan umat yang satu," ucap Salman mengawali tausiyahnya.

Dihadapan ratusan jamaah yang meluber hingga memenuhi halaman masjid, jamaah yang juga tak kalah antusias mendengarkan setiap kata yang diucapkan, Tgk H Salman Arifin menyampaikan pentingnya 'Menjaga Islam, Iman, dan Ihsan Paska Ramadhan.

Diriwayatkan, suatu ketika malaikat Jibril datang dan bertanya kepada Rasulullah Saw tentang iman, Islam, dan Ihsan.

"Ini bukan pertanyaan biasa, ini bukan pertanyaan sahabat. Tetapi Malaikat Jibril yang bertanya," ujar Salman Arifin.

Jibril berkata: "Apakah Islam itu?" Jawab Rasulullah Saw: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan". 

Ia menambahkan, kita mesti bersyukur dilahirkan sebagai orang Aceh dan tinggal di Aceh. Mengapa? Karena hingga hari ini Aceh masih sangat terlihat nuansa Islamnya, dibanding daerah-daerah lain di Indonesia yang nampak mulai redup. "Dan ini harus kita pertahankan,"

Hal ini bisa kita lihat disaat bulan puasa. Jika di luar Aceh, mohon maaf, orang bebas menikmati makanan meski di depan umum secara terbuka tanpa merasa berada di dalam bulan Ramadhan.

Padahal puasa mengajarkan kita untuk menahan rasa lapar dan melawan syahwat (hawa nafsu) agar melahirkan sikap sosial yang tinggi diantara sesama.

Salman Arifin juga menekankan bahwasanya puasa merupakan upaya melawan fitrah kemanusiaan. Manusia pada dasarnya adalah butuh makan, butuh minum, dan butuh syahwat. Manusia juga suka harta dan jabatan

Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman: "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik,"

Baca Juga: Ketua Umum BKM Babul Maghfirah Berikan Apresiasi

"Fitrah manusia itu suka harta, suka jabatan, dan suka kepada perempuan-perempuan sebagaimana ayat di atas, "itu merupakan syahwat," sebutnya.

Namun dengan mengorbankan fitrah kemanusiaan itu, maka akan tumbuh dalam diri kita fitrah ketauhidan. Manusia sering lupa kepada Tuhan nya.

Dalam mengorbankan fitrah kemanusiaan kita bisa melihat bagaimana Rasulullah Saw menahan lapar sampai mengikatkan batu di perutnya. 

Hingga Umar bin Khattab bertanya kepada beliau, "Apakah engkau sakit, wahai kekasih Allah?" Ketika ia mendengar suara "krek krek" dari tubuh Rasulullah.

"Tidak," jawab Nabi SAW, "aku sehat walafiat." aku segar bugar," Beliau lantas membuka jubahnya.

Tampak oleh Umar dan para sahabat, Nabi SAW mengikat perutnya yang kempes dengan selempang kain yang diisi batu-batu kecil. Itu dilakukan beliau demi menahan rasa lapar.

"Ini seperti anak-anak di Palestine saat ini," tutur Salman Arifin.

Lalu Jibril bertanya lagi kepada Rasulullah Saw: "Apakah ihsan itu?" Nabi menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu". 

Manusia harus memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Kita harus meyakini bahwa Allah SWT melihat kita. Inilah Ihsan.

Ada satu kisah inspiratif Salman Al Farisi yang bersedia menjadi jaminan seorang yang akan dihukum mati. Ia dihukum mati karena [tanpa sengaja] telah membunuh seorang tua pemilik kebun.

Kemudian pemuda tersebut dihadapkan Khalifah Umar bin Khattab untuk diadili. Akhirnya pemuda itu diputuskan hukuman mati oleh Khalifah.

"Sebenarnya pemuda ini saleh lagi baik budinya, namun perbuatan itu tanpa sengaja," jelas Tgk H Salman Arifin.

Tetapi sebelum pemuda itu dihukum mati, Khalifah Umar meminta ahli waris untuk memaafkan pemuda tersebut. Namun permintaan Umar ditolak.

Lalu Umar pun bertanya: apa permintaanmu yang terakhir wahai pemuda?

Sebelum masa hukuman mati itu tiba, pemuda tersebut kemudian meminta tenggat waktu selama tiga hari kepada Khalifah Umar untuk menyelesaikan urusannya termasuk menemui ibunya.

"Singkat cerita," kata Tgk H Salman Arifin, Umar bin Khattab pun memenuhi permintaan terakhir sang pemuda. Tetapi Umar membutuhkan penjamin selama tiga hari kepergian pemuda ini. 

Artinya jika dia tidak kembali maka penjamin yang akan menggantikan hukuman mati.

Seketika suasana menjadi hening, kala Umar bertanya kepada Pemuda itu, "siapa yang akan menjadi jaminan? Sementara ia tidak memiliki seorang pun yang dikenalnya ditempat itu.

Ditengah keheningan itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang dari ujung belakang. Rupanya Salman Al Farisi, ia tampak tanpa takut menawarkan diri menjadi penjamin hukuman qishash seorang pemuda lusuh tadi.

"Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin," ucap Salman Al Farisi lantang. Umar lalu bertanya: "Wahai Salman, apakah kamu mengenal pemuda yang engkau jamin atasnya?", "Tidak" jawab Salman.

Inilah yang membuat Khalifah Umar terheran-heran kepada sahabatnya Salman Al Farisi.

Baca Juga: Kakankemenag Kota Banda Aceh Khatib Idul Fitri di Masjid Babul Maghfirah

Setelah ditunggu-tunggu selama tiga hari kepergian pemuda tersebut. Akhirnya ia kembali dengan susah payah untuk menunaikan janjinya dihadapan Umar bin Khattab untuk eksekusi hukuman mati.

Namun Umar bertanya kepada pemuda itu: "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?" tanya Umar.

"Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan di kalangan Muslimin tak ada lagi ksatria menepati janji," jawab pemuda itu.

"Lalu engkau, Salman, mengapa mau- maunya engkau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

Salman menjawab, "Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya."

Ditengah suasana yang haru biru tersebut. Tiba-tiba keluar ahli waris penggugat berteriak.

'Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu."

Ucapan ahli waris itu ternyata mencengangkan Khalifah Umar, lantas segera bertanya: "apa yang kalian ucapkan? Mengapa sekarang kalian memaafkan dia?"

Mereka pun menjawab: "Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya."

"Nah disinilah ihsan nya," tutur khatib Tgk Salman Arifin.

Hadirin kaum muslimin jamaah shalat Ied yang dimuliakan oleh Allah SWT. Ketahuilah bahwa semua ibadah yang Allah wajibkan kepada kita memiliki efek sosial kemanusiaan.

"Oleh sebab itu hiduplah dengan memiliki kasih sayang, orang yang dapat dipercaya, dan mudah memaafkan kesalahan saudara-saudaranya, sebagai manifestasi dari nilai-nilai Islam, Iman, dan Ihsan," kata Tgk H Salman Arifin mengakhiri khubahnya.

Editor: Hamdani

Tags

Terkini

Terpopuler