Kendalikan Industri Perang, Lupakan Hukum Internasional

- 18 Januari 2024, 09:42 WIB
Ilustrasi tank Israel, salah satu kekuatan Netanyahu untuk memerangi Hamas di Gaza
Ilustrasi tank Israel, salah satu kekuatan Netanyahu untuk memerangi Hamas di Gaza /(REUTERS/VIOLETA SANTOS MOURA)/

Tidak diragukan bahwa perang dunia ketiga (WW3) sedang memasuki babak pemanasan. Blok barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) semakin intensif memobilisasi pasukan dan mengorganisir koalisi perang mereka bersama NATO dan aliansi militer yang tunduk pada hegemoni barat melakukan persiapan perang skala besar dan lebih luas.

Pergerakan angkatan perang AS plus NATO ke kawasan Timur Tengah/Asia Barat telah diumumkan oleh Juru Bicara Pentagon beberapa waktu lalu. Meskipun sandi operasi tersebut disamarkan sebagai tugas untuk menjaga perdamaian. Namun para analis militer membaca mobilisasi AS itu sebagai langkah persiapan perang skala regional.

Amerika Serikat meskipun menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, menawarkan kebebasan, dan menjamin hak asasi manusia, namun faktanya, hal itu hanyalah slogan tanpa makna. Jika pun demokrasi dan hak asasi manusia, hanya berlaku untuk bangsa barat yang berkulit putih.

Sebenarnya AS lebih suka menyerang negara lain secara militer untuk diduduki (koloni) daripada membangun hubungan diplomatik yang harmonis dalam bingkai negara demokrasi.

Dengan kata lain aslinya AS masih menerapkan double standard (standar ganda) atau rasis/fasis.

Baca Juga: Ribuan Warga Jerman Protes Dukungan Negaranya Terhadap Israel

Dalam cakupan dunia, demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia tidak dapat digunakan untuk bangsa lain di luar Amerika dan Eropa, apalagi jika bangsa atau negara tersebut penganut Islam mayoritas seperti halnya Palestina, Sudan, Afghanistan, Suriah, Yaman, dan Iran.

Meskipun begitu ada pengecualian, yakni negara Islam (penduduk muslim) bukan kulit putih Amerika atau Eropa, akan mendapatkan perlakuan berbeda asalkan mau menjadi budak Amerika atau bagian dari sekutu barat (koloni).

Di luar batasan variabel di atas tidak mendapatkan tempat dalam kepentingan Amerika alias akan dimusuhi dan siap-siap diperangi.

Menurut sumber yang sudah dikenal, sejak perang dunia kedua (WW2), Amerika telah melakukan perang terhadap 60 lebih negara di dunia dengan 64 kali agresi bahkan bisa melebihi dari statistik yang ada.

Negara pertama yang diperangi oleh AS adalah China pada tahun 1945, dan teranyar yaitu Yaman tahun 2023 dengan tuduhan telah menganggu jalur pasokan global di laut merah bab al mandeb. Adapun serangan yang dilakukan secara tidak langsung atau melalui proksi peliharaan mereka barangkali bisa lebih banyak negara yang dihantam.

Di Gaza Palestina dengan situasi pembantaian yang masih terus dilakukan, AS terlibat secara langsung dengan mengirimkan tentara dan persenjataan militer membantu pasukan Zionis secara terbuka tanpa malu-malu, hanya untuk menghapus perlawanan rakyat Gaza.

Orang-orang merdeka di dunia menyadari bahwa perang merupakan cara diplomasi dan negosiasi Amerika (barat) yang paling sering dipilih oleh pemimpin fasis untuk menundukkan negara lain daripada opsi lainnya, dan tentu saja hal ini berkaitan dengan prospek bisnis industri senjata dan militer yang dijalankan oleh negara itu.

Konon pendapatan Amerika dari penjualan senjata dan mesin perang ke negara-negara yang rawan situasi pertahanan meningkat sangat signifikan.

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), mencatat Amerika Serikat sebagai eksportir senjata dunia terbesar dengan proporsi pangsa pasar 40% secara global.

Perangkat senjata yang diekspor seperti pesawat, sistem pertahanan udara, senjata perang anti-kapal selam, kendaraan lapis baja, artileri, mesin, misil, amunisi, sensor, satelit, kapal, dan lain-lain.

Ekonom UI, Ninasapti Triaswati mengatakan perang yang masih berkecambuk di Ukraina hingga Israel ternyata telah mendongkrak penjualan peralatan senjata dan militer Negeri Paman Sam. Intinya, tensi global war adalah alat kepentingan ekonomi Amerika Serikat.

Namun siapakah sebenarnya pihak yang berada dibalik industri senjata Amerika? Banyak penulis yang membeberkan bahwa Yahudi (pengusaha keturunan Yahudi/zionis) sebagai pemain kuat di belakang Amerika (Pentagon).

Zionis yang tidak memiliki rasa kemanusiaan sehingga menciptakan berbagai senjata mematikan sebagai mesin pembunuh manusia. Lalu diikuti dengan strategi adu domba antar bangsa/negara untuk menciptakan peperangan

Baca Juga: 100 Hari di Gaza

Data SIPRI menunjukkan, industri senjata di Amerika Serikat dikuasai oleh empat perusahaan besar sebagai pemasok global, selain dari Rusia, Tiongkok serta beberapa negara Eropa lainnya.

Perusahaan AS tersebut adalah: Lockheed Martin (AS); US$60,34 miliar, Raytheon Technologies (AS): US$41,85 miliar, Boeing (AS): US$33,42 miliar, Northrop Grumman (AS): US$29,88 miliar, dan General Dynamics (AS) dengan nilai penjualan US$26,39 miliar.

Mengutip laman Foreign Affairs Insight and Review, kelima produsen senjata di atas merupakan terbesar di dunia yang berbasis di Amerika Serikat.

Pasar terbesar penjualan senjata Amerika Serikat adalah Timur Tengah terutama Arab Saudi, kemudian diikuti Qatar, Kuwait, UEA, dengan pangsa pasar hingga 40 persen dari total yang dikuasai AS. Termasuk di kawasan Asia Jepang dan Australia juga penerima senjata produksi Amerika.

Kebutuhan memasok senjata dan peralatan militer lainnya oleh negara-negara di timur tengah tentu saja bertujuan untuk mempersenjatai diri menghadapi ancaman atau minimal sebagai alat pertahanan.

Bahkan kawasan timur tengah termasuk Asia Barat seperti tidak pernah berhenti dari kondisi perang, dari satu perang ke perang berikutnya. Situasi itu seakan memang sengaja diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan besar yang bermain di bisnis persenjataan untuk meraup keuntungan.

Sehingga negeri-negeri yang dihuni oleh umat Islam telah berubah menjadi arena adu senjata oleh militer barat-timur yang menimbulkan korban jiwa jutaan manusia. Sebuah situasi yang sangat menyedihkan dan sangat tragis bila kita menyadarinya.

Amerika Serikat telah lama mengobarkan perang melawan kemanusiaan, namun dengan bantuan jaringan intelijen mereka, yang menidurkan kewaspadaan. Tidak ada tahun yang terlewati begitu saja tanpa perang yang dilancarkan oleh negara itu. Tangan setiap presiden AS dipastikan berlumuran darah.

Pemimpin-pemimpin AS tidak ragu untuk menciptakan tuduhan atas nama telah terjadi pelanggaran hukum internasional dan HAM agar memiliki legitimasi menyerang negara lain. Atau negara tersebut memiliki senjata pemusnah massal. Padahal tuduhan tersebut tanpa dapat dibuktikan kebenarannya.

Sedangkan Israel yang terang benderang menggunakan bom kimia untuk membunuh puluhan ribu warga sipil Gaza, Amerika dan Eropa justru diam seribu bahasa.

Melalui label teroris yang kerap dialamatkan kepada pemimpin yang tidak bisa diajak kompromi ataupun kelompok perlawanan untuk menguatkan dukungan dunia terhadap Amerika supaya tidak dianggap bersalah ketika melakukan serangan ilegal tersebut.

Padahal semua orang juga paham bahwa pengelompokan teroris atau bukan teroris, tidak lain hanyalah untuk kepentingan tujuan politik Amerika saja. Sering pula bahwa penetapan itu diputuskan secara sepihak.

Kendatipun Amerika Serikat banyak melakukan kesalahan dan kejahatan mereka terhadap kedaulatan negara lain. Bahkan negara ini nyaris tidak pernah mendapatkan sanksi apapun dari badan dunia (UN) untuk mempertanggungjawabkan kesalahan.

Seperti juga halnya Israel yang terbebas dari tuntutan hukum internasional (imunitas) atas berbagai kejahatan yang dilakukan terhadap Palestina. Sehingga berbanding terbalik dengan gerakan perlawanan rakyat Gaza atas penindasan yang mereka terima, dan AS bersama sekutunya langsung melabeli teroris.

Atas segala hal yang memuakkan tersebut konon para globalis memang berhasil membuat umat manusia tidak menyadarinya. Sepertinya sudah mulai diperhatikan. Lebih tepatnya, ia mulai menyadarinya.

Sekarang atau nanti, perang umat manusia melawan Amerika Serikat akan dimulai dengan kekuatan penuh.” kata Aleksandr Dugin. Semoga!

Editor: Hamdani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x