Konflik Israel-Palestina, 65% Masyarakat Muslim Indonesia Dukung Boikot Produk yang Terafiliasi dengan Israel

- 5 April 2024, 01:17 WIB
MUI Ajak Masyarakat agar Terus Gelorakan Boikot Produk Israel dan yang Terafiliasi dengan Israel
MUI Ajak Masyarakat agar Terus Gelorakan Boikot Produk Israel dan yang Terafiliasi dengan Israel /Zona Surabaya/

PIKIRAN ACEH, JAKARTA - Fatwa MUI yang dikeluarkan sebagai respons terhadap krisis Gaza pada November 2023, telah mencapai tingkat kesadaran yang signifikan di kalangan masyarakat Indonesia.

Riset Populix menemukan bahwa 65% responden muslim menyatakan kepatuhan mereka terhadap Fatwa MUI No. 83 tentang Hukum Dukungan untuk perjuangan Palestina ini.

Pasca eskalasi terkini konflik Gaza, gerakan global untuk memboikot produk sebagai bentuk protes terhadap dampak hilangnya nyawa manusia telah mendapatkan momentum.

Gerakan boikot ini mendapatkan dukungan luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Responden menyatakan bahwa motivasi utama di balik niat untuk patuh terhadap fatwa tersebut adalah untuk menunjukkan solidaritas dengan Palestina, mengekspresikan respon terhadap isu kemanusiaan, serta sebagai bentuk protes terhadap agresi militer Israel.

Baca Juga: Israel Bunuh Penasehat Senior IRGC Bersama 7 Perwira Lainnya Dalam Sebuah Serangan Udara di Damaskus Suriah

Menurut hasil studi Populix yang berjudul “Understanding Public Sentiment on the Boycotts Movement Amid the Palestine-Israel Dispute”, keberadaan Fatwa MUI ini sudah mencapai tingkat kesadaran yang tinggi hingga mencapai 94% di kalangan masyarakat Indonesia, baik di kalangan masyarakat Muslim maupun non-Muslim.

Dok. Populix
Dok. Populix

"Seruan boikot ini sangat kuat, sehingga awareness atas fatwa ini tak hanya dari umat Muslim, tapi juga non-Muslim. Bahkan, responden non-Muslim pun menyatakan dukungan mereka atas boikot. Hal ini mungkin terjadi karena isu ini adalah isu kemanusiaan yang tidak mengenal sekat agama," ujar Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix.

Di sisi lain, dampak dari gerakan boikot ini sudah mulai dirasakan oleh perusahaan dan juga merek yang dikaitkan mempunyai afiliasi dengan Israel.

Baca Juga: Hamas Gagalkan Proyek Kerjasama Otoritas Palestina dengan Israel

Pada kuartal-IV 2023, McDonald's menghadapi penurunan total pendapatan secara global sebesar 4% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Salah satu waralaba restoran terbesar di dunia ini menjadi salah satu target dari gerakan boikot.

Menilik lebih spesifik pada pasar Indonesia, penurunan penjualan cukup signifikan terjadi pada merek-merek yang berada di bawah naungan Unilever.

Dok. Populix
Dok. Populix

Pada kuartal-IV 2023, pendapatan Unilever tercatat turun hingga 20% jika dibandingkan kuartal sebelumnya.

Selain pada sisi pendapatan, terjadi juga penurunan pada harga saham yang dialami perusahaan pemegang merek yang terkena dampak boikot seperti Starbucks yang turun hingga 12% pasca gerakan ini. 

Baca Juga: PM Israel Netanyahu Akan Jalani Operasi Hernia dengan Anestesi

Meskipun sebagian besar responden Muslim menyatakan setuju dengan fatwa dan berkomitmen untuk patuh, fatwa ini tapi tidak sepenuhnya diterima oleh masyarakat Indonesia.

Hal ini tercermin dari 26% responden yang masih ragu-ragu terkait kepatuhan terhadap fatwa tersebut. Responden yang masih ragu-ragu mengungkapkan ketidakpastian mereka tentang implikasi praktis dari boikot dan merasa kurang terinformasi untuk membuat keputusan saat ini.

 Baca Juga: Israel Tak Gubris Resolusi Gencatan Senjata DK PBB, Genosida Gaza Berlanjut di Rafah

Sementara itu, terdapat juga 9% responden yang menentang fatwa.

Responden menunjukan penolakan mereka karena kurang yakin terhadap efektivitas boikot untuk mengatasi isu sosial dan politik, serta mengekspresikan keinginan untuk memiliki otonomi dalam pemilihan produk. 

Dinamika ini mencerminkan pandangan masyarakat terhadap isu Palestina-Israel dan menunjukkan bahwa ada berbagai pandangan yang perlu dipahami lebih lanjut. ***

Editor: Mustakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah